Sabtu, 28 April 2012

Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib Bab 2
Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib (2)
 ILUSTRASI
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Perdebatan dunia Timur dan Barat bukan hanya terjadi pada abad modern, melainkan juga sudah muncul sejak dahulu kala.

LWH Hull, seorang profesor yang amat disegani di AS, dalam karya monumentalnya, History and Philosophy of science: An Introduction, mengungkapkan siklus pergumulan antara agama, filsafat, dan ilmu terjadi setiap enam abad.

Pergumulan itu dikaitkan dengan hubungan dialektis antara Timur dan Barat. Ia memulai penelitiannya dengan mengkaji enam abad sebelum Masehi.

Periode ini ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh filsafat Yunani di Barat yang amat tersohor sampai saat ini, seperti Tales (ahli filsafat, astronomi, dan geometrika), Pythagoras (geometrika dan aritmatika), Aristoteles (ahli filsafat, ahli ilmu empiris, lebih dikenal sebagai pendiri Mazhab Alexandria, yang lebih menekankan pendekatan induktif), Plato (ahli filsafat, ahli ilmu-ilmu rasional, lebih dikenal dengan pendiri Mazhab Atena, yang lebih menekankan pendekatan deduktif).

Pada periode ini, para filsuf menenggelamkan peran dan popularitas pemimpin politik dan pemimpin agama, yang umumnya lahir dan berkembang di Timur. Perlu diingat bahwa semua agama besar, seperti Hindu, Buddha, Konghucu, Tao, Yahudi, Nasrani, dan Islam lahir di Timur.

Tidak ada agama besar yang lahir di Barat. Katolik dan Protestan yang besar di Barat itu baru belakangan. Kristen berkembang di Barat setelah 600 tahun Nabi Isa (Yesus Kristus) wafat.

Periode kedua, ditandai dengan lahirnya Nabi Isa (1 M) sampai lahirnya Nabi Muhammad (6 M) di Palestina (Timur). Periode ini ditandai dengan merosotnya pengaruh dan popularitas para filsuf (di Barat) dan menguatnya peran raja yang sekaligus penguasa gereja. Mereka mengatasnamakan diri sebagai wakil Tuhan di bumi. Otoritas dan penentu kebenaran berada di tangan raja (Romawi). Dalam periode ini, hampir tidak ditemukan tokoh pemikir dan filsafat.

Sebaliknya, tercatat sejumlah raja yang sangat full power. Pada masa ini, orang-orang tidak berani berpikir dan mengkaji ilmu pengetahuan karena bisa saja berarti malapetaka baginya. Terutama, jika teori dan hasil pemikirannya berbeda, apalagi bertentangan dengan pendapat gereja. Tidak sedikit jumlah pemikir dan ilmuwan yang menjadi korban karena mereka mencoba memperkenalkan kebenaran di luar gereja.

Akibatnya, muncullah zaman kegelapan yang tidak ada lagi keberanian untuk melakukan pengkajian dan aktivitas ilmu pengetahuan. Inilah yang kemudian disebut dengan zaman jahiliyah dan sekaligus menjadi background lahirnya agama Islam.