Jumat, 27 April 2012

Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib   Bab 1 
Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib (1)
ILUSTRASI
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Dalam pandangan sufistik, al-masyriq (timur) dan al-maghrib (barat) ternyata bukan hanya menunjukkan tempat atau wilayah geografis, melainkan juga banyak makna dan pesan.

Termasuk di dalamnya adalah pesan kosmologi, teologi, mitologi, antropologi, sosiologi, dan metodologi. Tidak kurang dari 13 kali kata al-masyriq dan al-maghrib terulang di dalam Alquran.

Ada dalam bentuk mufrad (al-masyriq/al-maghrib) seperti dalam QS Al-Baqarah [2]: 115, bentuk mutsanna (al-masyriqain/al-maghribain) seperti dalam QS Al-Rahman [55]: 17, dan ada dalam bentuk jama' (al-masyariq/al-magharib), misalnya, pada QS Al-Ma'arij [70]: 40.
Al-masyriq berasal dari akar kata syaraqa-yasyruq berarti terbit, bersinar, kemudian membentuk kata al-masyriq (timur, sinar yang masuk di celah-celah lubang), al-musytasyriq (orientalis).

Lalu, kata gharaba-yaghrubu berarti pergi menjauh, terbenam, asing, beracun, lalu membentuk kata al-maghrib (barat, tempat/waktu terbenam matahari), al-musytaghrib (oksidentalis).

Dalam kitab-kitab tafsir klasik, kata al-masyriq dan al-maghrib lebih banyak diartikan dengan kata timur dan barat dalam arti geografis, yakni timur dan barat tempat, waktu terbit, serta tenggelamnya matahari, seperti dijelaskan dalam QS Al-baqarah [2]: 115, "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya), lagi Maha Mengetahui.''

Kata al-masyriq dan al-maghrib dihubungkan dengan tempat yang menjadi kiblat shalat umat Islam di Madinah, yang tadinya menghadap ke barat, yaitu ke Baitul Maqdis, dan ke timur, yaitu ke Ka'bah, Kota Suci Makkah. Demikian pula ulama-ulama tafsir mu'tabarah lainnya di kalangan Sunni. Dalam pandangan ulama tasawuf, timur dan barat lebih banyak menekankan makna kosmologis dan hermeneutiknya.

Kata al-masyriq (timur) dihubungkan dengan sebuah dunia yang lebih menekankan arti penting nilai-nilai spiritual-psikologis, sedangkan kata al-maghrib (barat) dikaitkan dengan sebuah dunia yang lebih menekankan aspek filsafat dan logika.